input license here

Hukum Pegang Handphone Yang Berisikan APK Al-Qur'an

Semakin canggih nya tekhnologi dari masa ke masa, maka otomatis banyak hal yang dulunya dilakukan secara manual kini dilakukan dengan cara yang relevan. Sebagaimana orang zaman dulu membawa Al Qur'an langsung dengan kitab suci tersebut, kini semua orang bisa membawa Al Qur'an dengan mudah yang telah dibentuk dalam sebuah aplikasi.

Banyak perdebatan dikalangan masyarakat, tentang bagaimana hukumnya seseorang yang sedang hadast, baik itu hadast nya besar atau kecil, membawa handphone yang didalamnya berisikan aplikasi Al Qur'an? Apakah boleh atau tidak?. Mari kita bahas. 

Hukum Orang Hadast Membawa Al Qur'an Yang Berupa Aplikasi

Hukum Orang Hadast Membawa Al Qur'an Yang Berupa Aplikasi
Dalam kasus ini, kami akan memerinci permasalahan tersebut dengan menggabungkan orang yang Hadast besar (Haid, Junub atau Nifas) atau yang Hadast kecil. 

Hukum Pegang Handphone Yang Berisikan APK Al-Qur'an

1 Bagaimana jika orang tersebut sedang haid?. Jika ada seseorang yang didalamnya handphone nya berisikan aplikasi Al Qur'an tapi ia sedang dalam keadaan haid, maka hukumnya tidaklah mengapa, tapi jangan sesekali membuka aplikasi tersebut, sebab ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Ada ulama yang menganggap nya mushaf dan ada yang tidak.

Maka disini kami memilih ulama yang tidak menganggap aplikasi Al Qur'an bukanlah mushaf, karena, itu hanyalah sebuah tulisan yang tidak dianggap mushaf Al Qur'an, akan tetapi demi menjaga kehati-hatian, maka tinggalkanlah membuka aplikasi Al Qur'an tersebut ketika sedang haid atau Hadast. Sebab demi keluar dari perkhilafan para alim ulama. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para alim ulama: 

 حكم حمل المصحف المسجل على الأشرطة,ظهر حديثا فى الأسواق أشرطة تسجيل مسجل فيها القرأن الكريم بأكملة يكون المصحف من عشرين شريطا تقريبا فهل حكم هذا المصحف كحكم المصحف المكتوب؟. الذى أرى أن التسجيل على الشريط يحصل بأحرف منقوشة تثبت على الشريط وعلى هذا فيكون له حكم المصحف,وقد قامت بعض الجمعيات فى مصر بتسجيل هذا المصحف بقراآت مجودة وأصوات جميلة على أسطوانات خاصة وعلى أشرطة كاسيت وتسمى مصحفا,وأعتقد أن له حكم المصحف والأحوط للمسلم أن يحتاط. فإن قيل إن التسجيل هذا إنما هو الصدى وقد سجل للسماع لا للقراءة؟ إنه فعلا صدى ولكنا لو نظرنا إلى القصد من الأذان حقيقة أليس هو الإعلام؟ وقد حصل به٠ ولبعض الفقهاء أقوال تعبروا عن أرائهم ومفاهيمهم وليس من الضرورى قبولها كقولهم لو نظر إنسان إلى صورة امرأة فى مرأة فيجوز له النظرإليها إنما ينظر إلى الصورة فى المرأة حتى ولو كانت عارية فمثل هذا الكلام نظر ومن الصعب على النفس تقلبه٠ 

Makna: Hukum membawa mushaf  yang direkam pada kaset. Baru baru ini di pasaran muncul kaset rekaman, berbentuk rekaman bacaan Alquran alkarim dengan secara sempurna didalamnya, kurang lebih mushaf Al-Qur'an mencapai 20 rekaman, maka apakah hukum rekaman ini sama seperti hukum mushaf tertulis ?,: Yang Aku yakini adalah bahwasanya rekaman pada kaset itu hasil dari huruf yang cetak lekat pada kaset. Kalau seperti itu, maka rekaman tadi hukumnya seperti mushaf. 

Dan sebagian institusi di Mesir membuat rekaman mushaf ini dengan bacaan-bacaan yang bagus dan suara-suara yang indah pada disk yang khusus dan pada pita kaset, dan dinamakan mushaf. Dan Saya meyakini bahwasanya hal itu memiliki hukum yang sama pada mushaf, dan adapun  yang lebih berhati-hati bagi orang Islam adalah agar mengambil pendapat yang hati-hati (pendapat yang menyatakan termasuk katagori mushaf).

Apabila ditanyakan "Sesungguhnya rekaman  itu hanya hasil dari suatu gema dan benar benar direkam untuk didengarkan bukan untuk dibaca ?, Maka jawabnya adalah : "Sesungguhnya rekaman itu memang gema, tapi kalau Kita angan-angan bukankah haqiqat tujuan azan ialah memberi tahu masuknya waktu ? Dan itupun bisa hasil dengan gema.

Dan sebagian Ulama' fiqih memiliki beberapa pendapat yang mengungkapkan tentang pandangan dan pemahaman mereka, dan secara pasti tidak bisa langsung menerimanya, seperti pendapat mereka: "Apabila Manusia melihat pada gambar Perempuan di cermin, maka boleh baginya untuk melihatnya, karena itu hanya melihat gambarnya di cermin, bahkan apabila perempuan tersebut dalam keadaan telanjang". Maka seperti pendapat-pendapat ini perlu kajian, dan yang tersulit dalam hati adalah menerima pendapat tersebut.[1]

Dijelaskan juga dalam kitab Nihayatuz-Zain: 

 ورابعها مس المصحف ولو بحائل ثخين حيث عد ماسا له عرفا والمراد بالمصحف كل ما كتب فيه شيء من القرآن بقصد الدراسة كلوح أو عمود أو جدار كتب عليه شيء من القرآن للدراسة فيحرم مسه مع الحدث حينئذ 

Makna: Ke-empat adalah memegang mushaf walaupun dengan penghalang yang tebal, sekiranya dianggap memegang secara urfnya. Dan yang dikehendaki dengan mushaf adalah setiap sesuatu yang tertulis didalamnya suatu dari Al-Qur'an dengan tujuan untuk dibaca, seperti papan, pilar, tembok, yang ditulis diatasnya suatu Al-Qur'an dengan tujuan untuk dibaca, maka ketika seperti itu, haram memegangnya saat hadats.[2]

Dalam kitab Hasyiyah Al Bujairami juga dijelaskan sebagaimana berikut: 

 وقوله " كتابة " وضابط المكتوب عليه كل ما ثبت عليه الخط كرق وثوب سواء كتب بحبر أو نحوه ونقر صور الأحرف في حجر أو خشب أو خطها على الأرض، فلو رسم صورتها في هواء أو ماء فليس كتابة في المذهب كما قاله الزيادي 

Makna: Ucapan pengarang kitab "tulisan". Adapun batasan dari tempat tulisan adalah setiap perkara yang tulisannya itu bisa tetap, seperti kertas dan kain, baik ditulis dengan tinta atau semisalnya, atau seperti mengukir beberapa bentuk huruf pada batu atau kayu atau menulisnya di tanah. Apabila bentuk huruf tersebut ditulis di Awang-awang (udara) atau di Air maka hal itu tidak bisa disebut sebagai tulisan menurut qoul Mazhab seperti yang dikatakan Imam Az-Zayadi.[3]

Dalam kitab Nihayatul-Muhtaj: 

 وليس من الكتابة ما يقص بالمقص على صورة حرف القرآن من ورق أو قماش فلا يحرم مسه، وينبغي أن يكون بحيث يعد لوحا للقرآن عرفا، فلو كبر جدا كباب عظيم فالوجه عدم حرمة مس الخالي منه عن القرآن، ويحتمل أن حمله كحمل المصحف في أمتعة 

Makna: Dan bukan termasuk dari tulisan adalah sesuatu yang dipotong dengan gunting dengan bentuk huruf Al-Qur'an baik berupa kertas atau jenis kain, maka tidak haram memegangnya. Dan hendaknya adanya benda tersebut dianggap sebagai papan untuk tulisan Al-Qur'an secara urf, kalau benda tersebut sangat besar seperti pintu yang besar, maka menurut pendapat yang unggul, tidak haram memegang bagian yang  tidak ada tulisan Al-Qur'annya, dan bisa jadi hukum membawa pintu tadi seperti hukum membawa mushaf bersamaan dengan harta benda.[4]

Kesimpulannya adalah hukum memegang HP yang berisikan Al Qur'an adalah tidak haram, akan tetapi demi kehati-hatian kita tidak boleh membukanya, kalaupun kita membukanya maka tidaklah mengapa. Sebab, aplikasi tersebut memanglah berisikan ayat ayat Al Qur'an Al Karim, akan tetapi karena ayat ayat tersebut tidak ditulis didalam papan tulis atau kertas, hanya saja ditulis dalam sebuah media aplikasi, maka itu bukanlah mushaf.

Dan dan secara urf (kebiasaan) kata "aplikasi Al Qur'an" Dimata masyarakat, iya sebagaimana aplikasi biasanya. Akan tetapi kata "Al Qur'an" Dimata masyarakat adalah sebuah kitab yang didalamnya berisikan kitab Al Qur'an, maka disinilah pandangan yang lebih utama untuk diikuti.

Sebab kebiasaan inilah yang membuat perbedaan pendapat antara Alim Ulama diantara mushaf dengan yang bukan mushaf. (Peringatan: fahamilah sebelum mengamalkan) 

Hukum Pegang Handphone Yang Berisikan APK Al-Qur'an

2Menaruh HP Yang Berisikan APK Al-Qur'an dalam Jok Motor. Hukum menaruh handphone dalam jok motor yang berisikan aplikasi Al Qur'an adalah boleh, sekalipun aplikasi tersebut terbuka dalam jok ketika kita sedang mengendarai nya.

Karena aplikasi ini bukanlah mushaf, dengan syarat tidak ada unsur penghinaan terhadap aplikasi Al Qur'an tersebut, sebab, didalam nya berisikan firman Allah Subhaanahu wa ta'alaa yang mulia. 

 فائدة: وقع السؤال في الدرس عما لو جعل المصحف في خرج أو غيره وركب عليه هل يجوز أم لا ؟, فأجبت عنه بأن الظاهر أنه إن كان على وجه يعد إزراء به كان وضعه تحته بينه وبين البرذعة أو كان ملاقيا لا على الخرج مثلا من غير حائل بين المصحف وبين الخرج وعد ذلك إزراء له ككون الفخذ صار موضوعا عليه حرم وإلا فلا فتنبه له فإنه يقع كثيرا. ووقع السؤال عما لو اضطر إلى مأكول وكان لا يصل إليه إلا بشيء يضعه تحت رجليه وليس عنده إلا المصحف فهل يجوز وضعه تحت رجليه في هذه الحالة أم لا ?فأجبت عنه بأن الظاهر الجواز فإن حفظ الروح مقدم ولو من غير الآدمي على غيره, ومن ثم لو أشرفت سفينة فيها مصحف وحيوان على الغرق واحتيج إلى إلقاء أحدهما لتخليص السفينة ألقي المصحف حفظا للروح الذي في السفينة لا يقال وضع المصحف على هذه الحالة امتهان لأنا نقول كونه إنما فعل ذلك للضرورة مانع عن كونه امتهانا 

Makna: (Faedah) Disela-sela pembelajara terdapat pertanyaan tentang masalah : Apabila mushaf diletakkan di pundi-pundi pelana atau benda lainnya, lalu Dia naik diatas pundi-pundi pelana tadi apakah hal itu boleh atau tidak ? Kemudian Aku jawab : "Secara dzohir bahwasanya apabila hal itu dilakukan dengan cara yang dianggap menghina terhadap mushaf, contohnya meletakkan wadah mushaf tadi dibawahnya, dalam arti diantara penunggang dan dan alas pelana (kotak mushaf tadi diduduki) atau mushaf tersebut dibiarkan tergeletak tidak diletakkan di pundi-pundi pelana, semisal tanpa penghalang antara mushaf dan pundi-pundi pelana maka hal itu dianggap menghina terhadap mushaf seperti pahanya menjadi berada diatasnya mushaf maka hal semua itu haram. Dan apabila berupa sikap yang dianggap tidak menghina mushaf maka hukumnya tidak haram. 

Maka ingatlah hal itu karena sering terjadi. Dan juga terjadi pertanyaan tentang masalah yakni: Apabila seseorang dalam kondisi darurat butuh makanan, dan Dia tidak bisa mengambil makan tadi kecuali dengan meletakkan sesuatu pijakan di bawah kedua kakinya, dan Dia tidak punya benda untuk dibuat pijakan kecuali mushaf, maka apakah boleh Dia meletakkan mushaf di bawah kedua kakinya dalam kondisi seperti ini atau tidak ? Kemudian Aku menjawab: "Secara dzohir hal itu diperbolehkan karena menjaga keselamatan nyawa meskipun selain Manusia itu harus lebih diutamakan atas hal lainnya. 

Maka dari itu apabila suatu perahu akan tenggelam, dan di dalamnya terdapat mushaf dan hewan, dan harus ada yang dibuang salah satunya (untuk menyelamatkan perahu) maka mushaf-lah yang dibuang karena untuk menjaga keselamatan nyawa yang ada di perahu. Dalam kasus seperti ini tidak bisa dikatakan bahwa meletakkan mushaf seperti ini dianggap menghina terhadap mushaf, karena kita perpendapat : "Hal seperti itu dilakukannya hanya karena dhorurot, sehingga hal tersebut tidak bisa dianggap menghina.[5]

 (مَسْأَلَةٌ) وَقَعَ السُّؤَالُ عَنْ خِزَانَتَيْنِ مِنْ خَشَبٍ إحْدَاهُمَا فَوْقَ الْأُخْرَى كَمَا فِي خَزَائِنِ مُجَاوِرِي الْجَامِعِ الْأَزْهَرِ وُضِعَ الْمُصْحَفُ فِي السُّفْلَى فَهَلْ يَجُوزُ وَضْعُ النِّعَالِ وَنَحْوهَا فِي الْعُلْيَا, فَأَجَابَ م ر بِالْجَوَازِ ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ لَا يُعَدُّ إخْلَالًا بِحُرْمَةِ الْمُصْحَفِ قَالَ بَلْ يَجُوزُ فِي الْخِزَانَةِ الْوَاحِدَةِ أَنْ يُوضَعَ الْمُصْحَفُ فِي الرَّفِّ الْأَسْفَلِ وَنَحْوُ النِّعَالِ فِي رَفٍّ آخَرَ فَوْقَهُ ا هـ سم عَلَى حَجّ. قُلْت وَيَنْبَغِي أَنَّ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الْجَوَازِ مَا لَوْ وُضِعَ النَّعْلُ فِي الْخِزَانَةِ وَفَوْقَهُ حَائِلٌ كَفَرْوَةٍ ، ثُمَّ وُضِعَ الْمُصْحَفُ فَوْقَ الْحَائِلِ كَمَا لَوْ صَلَّى عَلَى ثَوْبٍ مَفْرُوشٍ عَلَى نَجَاسَةٍ. أَمَّا لَوْ وَضَعَ الْمُصْحَفَ عَلَى خَشَبِ الْخِزَانَةِ ، ثُمَّ وَضَعَ عَلَيْهِ حَائِلًا ، ثُمَّ وَضَعَ النَّعْلَ فَوْقَهُ فَمَحَلُّ نَظَرٍ وَلَا تَبْعُدُ الْحُرْمَةُ لِأَنَّ ذَلِكَ يُعَدُّ إهَانَةً لِلْمُصْحَفِ٠ 

Makna: (Masalah) terjadi pertanyaan tentang dua lemari  kayu, satunya diatas lainnya seperti beberapa lemari yang ada disisi Madjid Universitas Al-Azhar, sebuah mushaf diletakkan di lemari yang bawah, maka apakah boleh meletakkan beberapa sandal dan semisalnya di lemari yang atas ? Maka Imam ar Romli menjawab hal itu boleh, karena hal itu tidak dikatakan merusak kehormatan mushaf, dan Imam ar Romli berpendapat : "Bahkan boleh dalam satu lemari mushaf diletakkan di rak yang bawah, dan rak yang atas dibuat tempat semisal sandal.

Saya berkata (pengarang kitab Al jamal); "Seyogyanya kebolehan peletakan seperti di atas  itu jika dalam bentuk persoalan apabila suatu sandal diletakkan di satu lemari lalu diatasnya diberi penghalang semisal seperti kulit berbulu/ kain empuk, kemudian diatasnya diletakkan suatu mushaf hal ini seperti hukum apabila seseorang sholat di atas kain sajadah yang berada diatas benda najis. 

Namun apabila seseorang meletakkan mushaf diatas kayu lemari kemudian diatasnya diberi suatu penghalang, kemudian sandal ditaruh diatas penghalang tadi, maka kebolehan hal seperti itu masih perlu dikaji lagi, dan yang lebih mendekati kebenaran hukumnya adalah haram karena hal itu dianggap menghina terhadap mushaf.[6] 

Akhir: dari hasil ibarot tersebut kita sudah tahu, bahwa membawa aplikasi Al Qur'an yang terdapat dalam HP kita itu tidaklah mengapa, selama tidak ada unsur menghinanya. Apabila ada unsur menghinanya maka haram secara mutlak.

Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates