input license here

Cara Memotivasi Anak Agar Berhasil di Sekolah

Disusun oleh Daniel Wong.
Cara Memotivasi Anak Agar Berhasil di Sekolah - apakah anda sering sekali merasa sedih jika anda mendengar anak anda gagal disekolahannya? Maka kami akan berikan kepada anda, sedikit tips tapi sangat bermanfaat bagi anda.

Cara Memotivasi Anak Agar Berhasil di Sekolah

1. Jangan ganggu anakmu

Salah satu kunci untuk memotivasi anak Anda agar bekerja keras dalam segala bidang apapun itu yaitu dengan cara tidak mengganggu mereka. Ini mungkin tampak konyol ketika anda mendengar nya, karena kita sebagai orang tua sudah terbiasa dengan yang namanya kesal dengan anak-anak.

Tetapi hubungan adalah sebuah jembatan yang memiliki jalan dua arah, yang harus anda sadari adalah anak anak memiliki jalannya masing masing. Dan jangan ganggu ia ketika dia berada dijalan nya.
  • Ingatlah ! Jika anak-anak Anda terus-menerus merasa kesal dengan Anda karena hal-hal yang Anda katakan atau yang anda lakukan kepada mereka, mereka akan sangat mendengarkan nasehat Anda.
Anda mungkin memiliki beberapa kebijaksanaan besar untuk dikatakan kepada mereka, tetapi anak-anak Anda tidak akan menerima nasihat Anda. Karena mereka sedang terbelenggu didalam kekesalan. Orang tua sering terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan anak-anak mereka. Bagi sebagian dari kita, ini adalah kebiasaan yang kita ketahui dari masa kecil kita sendiri.
  • Kebiasaan lain yang harus dihindari adalah membuat komentar yang menunjukkan bahwa anak "Anda tidak cukup baik". Ini mungkin sesuatu yang tidak Anda sadari. Ini mungkin sangat halus. Misalnya, anda ambil pernyataan: "engkau sudah menunjukkan yang terbaik, tetapi saya tahu Anda bisa melakukan yang lebih baik dari itu." Di awalan, itu bisa saja terdengar seperti sebuah dorongan. Tetapi Anda sebenarnya memberi tahu anak Anda bahwa dia tidak cukup baik.
  • Atau anda melontar pernyataan yang dimulai dengan: “Ketika saya seusiamu…” Pernyataan seperti ini biasanya melibatkan perbandingan yang membuat anak Anda merasa tidak enak. Jadi hindari membuat komentar seperti ini.[1]

2. Beri anak-anak Anda Kontrolan

Jika Anda ingin memotivasi anak-anak Anda, maka buatlah mereka merasa seolah-olah mereka (anak anak anda) mengendalikan hidup mereka sendiri. Seseorang yang Menjadi termotivasi berasal dari mengetahui bahwa Anda dapat membentuk masa depan Anda melalui tindakan yang Anda ambil hari ini.

Tetapi jika anak-anak merasa seolah-olah orang tua mereka memegang kendali penuh (atau hampir kesemuanya), mereka akan memiliki sedikit motivasi. Sebab, mereka akan merasa, bahwa mereka harus sejalan dengan apa yang anda ucapkan.

Beberapa orang tua selalu melayang-layang di atas anak-anak mereka. Mereka mengatur setiap detail dari kehidupan anak-anak mereka.

Akibatnya, anak-anak tidak pernah mengembangkan perasaan mereka sendiri bahwa mereka juga bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan mereka. 

Bicaralah dengan anak Anda secara teratur tentang harapan dan sebuah akibat.[2]

3. Kembangkan rutinitas dan struktur yang relevan

Membuat jadwal Rutinitas dan struktur sangatlah penting dalam mengembangkan motivasi pada anak-anak Anda.

Memiliki rutinitas yang sesuai dalam kehidupan sebuah keluarga dapat menghilangkan sebagian besar konflik masalah. Contohnya kita Ambil pekerjaan rumah, misalnya. Katakanlah oleh Anda bahwa mereka memiliki rutinitas yang harus dikerjakan yaitu mengerjakan pekerjaan rumah mereka setiap malam hari antara pukul 7 malam dan 9 malam.

Ini adalah sebuah gambaran kecil, bahwa anda sudah membuat sebuah aturan yang mendidik anak anda, agar ia konsisten dalam pekerjaan nya. Jika kita kembangkan ini, yaitu kita membuat sebuah rutinitas yang disukai anak anak anda. Maka mereka akan mudah bahkan senang untuk mendengarkan setiap motivasi anda serta kemungkinan besarnya adalah mereka akan menirukan apa yang telah anda sampaikan kepada mereka.[3]

4. Bekali anak Anda dengan keterampilan perencanaan

Sebagai orang tua, pasti mereka akan membentuk anak anak mereka sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Keterampilan, perencanaan dan organisasi seharusnya ada dalam sebuah keluarga guna untuk memudahkan kita untuk berfikir "jadi apakah mereka nantinya". Jika kita telah membentuk keterampilannya, maka hasilnya, anda sudah mengetahui nya.

Tetapi kita sering menganggap remeh keterampilan ini, dan lupa bahwa anak-anak kita belum memiliki keterampilan itu. Praremaja dan remaja dapat merasa kewalahan, frustrasi, dan stres karena tuntutan yang mereka hadapi di sekolah. Sebagai tanggapan, banyak dari mereka menyerah dan beralih ke video dan game sebagai bentuk pelarian.

Beberapa pra-remaja dan remaja bahkan mungkin mengatakan mereka membenci sekolah. Tetapi jika mereka memiliki keterampilan perencanaan dan organisasi, sikap mereka terhadap sekolah dan akademisi akan berbeda.

Satu keterampilan yang dapat Anda ajarkan kepada anak-anak Anda dapat memecah tugas-tugas yang besar menjadi tugas-tugas kecil.Beberapa orang menyebutnya "menghancurkan".

Teknik ini membuat tugas apa pun lebih mudah dikelola dan dilakukan. Keterampilan lain yang dapat Anda ajarkan kepada anak-anak Anda adalah membuat daftar. Daftar adalah inti dari semua keterampilan organisasi, jadi ini adalah tempat yang bagus untuk memulai.

Jika anak anda menyukai pelajaran matematika, maka ajarkanlah ia matematika atau datangkan guru khusus baginya, dan beri sedikit motivasi disela sela mereka mendengar anda.[4]

5. Menekankan proses daripada hasil

Seorang Penulis yaitu Ralph Waldo Emerson pernah berkata: "Kehidupan Pekerjaan Manusia adalah perjalanan, bukan tujuan."

Prinsip ini berlaku untuk keterampilan belajar dan tipa seperti halnya kehidupan pada umumnya. Saat memotivasi anak-anak Anda untuk berprestasi di sekolah, fokuslah pada prosesnya dan bukan hasilnya.

Jika anak Anda terlalu fokus pada hasil, ada bahaya-nya, yaitu ketika mereka tidak mencapai hasil yang mereka inginkan, mereka akan menyerah.

Terlebih lagi, ketika kita hanya fokus pada hasil, prosesnya seakan akan menjadi "Sebuah Kejahatan Yang Direncanakan".

Jika kita menerapkan fokus pada proses dari pada hasil, maka yang akan hadir dalam hati mereka adalah sebuah kefahaman, ketahanan dan kecintaan. Karena, karena, jika kita menggunakan cara "fokus pada hasil" maka seakan kita yang memiliki ilmu pengetahuan, tidak secara langsung kita telah menganiaya mereka dengan menekan hal yang tidak mereka sukai untuk diri kita.

Saat mengajar anak-anak cara belajar dan cara memotivasi diri mereka sendiri, penting bagi Anda untuk fokus pada proses dan bukan hasilnya. Sebab, jika baik prosesnya maka akan baik hasilnya.[5]

6. Ciptakan budaya keluarga di mana "tidak apa-apa ketika membuat kesalahan"

Kita belajar lebih banyak dari kegagalan kita daripada dari kesuksesan kita.

Thomas Edison melakukan banyak sekali percobaan yang gagal dalam menemukan bola lampu listrik. Ketika seorang reporter bertanya kepadanya bagaimana rasanya gagal 1.000 kali, Edison menjawab: “Saya tidak gagal 1.000 kali, Bola lampu adalah penemuan saya yang ke 1.000 langkah.”

Sayangnya, kita hidup di zaman yang sangat menekankan kesuksesan instan dan Kegagalan tidak ditoleransi sama sekali.

Kesuksesan seperti halnya kapal yang sering menyesuaikan arahnya agar tetap berada di arah yang benar. Jika Anda ingin memotivasi anak-anak Anda untuk belajar keras dan berprestasi di sekolah, salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah menciptakan budaya keluarga di mana boleh saja melakukan kesalahan.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan berbagi dengan anak-anak Anda kesalahan Anda sendiri dan apa yang Anda pelajari dari mereka.
  • Misalnya, mungkin Anda pergi ke universitas untuk mempelajari satu bidang dan akhirnya beralih ke bidang lain ketika Anda mulai bekerja. Dengan berbagi pengalaman itu dengan anak-anak Anda, Anda menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak harus melakukannya dengan "benar" pertama kali.
  • Jika Anda ingin mengajari anak-anak Anda untuk mencintai belajar, satu hal yang harus Anda hindari bagaimanapun caranya yaitu jangan terlalu fokus pada kegagalan mereka tapi fokuskan "sampai mana mereka bisa".
Jangan sesekali mengkritik mereka atas kegagalan mereka, bantulah mereka untuk mengidentifikasi apa yang telah mereka pelajari dari kesalahan mereka.[6]

Referensi
Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates